Dikukuhkan Jadi Guru Besar Tetap, Prof Agung Suryawan Orasikan Pendekatan Sistem Dalam Pembangunan Regional Bali

1 day ago 4
ARTICLE AD BOX
Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Pendekatan Sistem Dalam Pembangunan Regional Bali: Sinergi Sektor Pertanian dan Pariwisata Melalui Agroindustri,” Prof Suryawan memaparkan tentang pentingnya pendekatan sistem dalam pembangunan regional Bali, khususnya dalam mengintegrasikan sektor pertanian dan pariwisata. 

Menurutnya, pembangunan regional di Bali dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang melibatkan keterkaitan antara faktor sosial-budaya, ekonomi, sumber daya alam, dan lingkungan dengan program-program pembangunan yang dilakukan. Program-program pembangunan tersebut, lanjutnya, berfungsi sebagai motor penggerak sistem yang ada.

Secara spesifik, Prof Suryawan menjelaskan bahwa pembangunan regional Bali sangat dipengaruhi oleh tiga sektor utama yang saling terkait, yaitu pariwisata, pertanian, dan industri. Ketiga sektor ini, meskipun memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Bali, juga saling bersaing dalam penggunaan sumber daya alam, terutama lahan, air, dan tenaga kerja. 

Menurutnya, adanya kompetisi antar sektor ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam pembangunan dan bahkan dapat membahayakan sektor pertanian yang telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Bali.

Pada bagian orasinya yang lebih mendalam, Prof Suryawan menyoroti pergeseran struktur ekonomi Bali yang telah terjadi sejak tahun 1980-an, ketika sektor pariwisata mulai berkembang pesat dan menggantikan dominasi sektor pertanian. 

Meskipun sektor pariwisata memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Bali, ia menilai bahwa sektor tersebut belum mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap sektor pertanian. Hal ini karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan pasar pariwisata dengan ketersediaan produk pertanian lokal. 

Kondisi ini, menurutnya, menyebabkan sektor pertanian harus bersaing ketat dengan sektor pariwisata dalam merebutkan sumber daya alam.

Prof Suryawan menekankan bahwa untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, perlu adanya pengembangan sektor industri pengolahan berbasis produk pertanian, atau yang dikenal dengan agroindustri. 

Pengembangan agroindustri, menurutnya, dapat menjembatani antara sektor pertanian dengan sektor pariwisata melalui penyediaan produk olahan pertanian yang berkualitas dan memiliki nilai tambah. 

Produk-produk agroindustri ini, selain dapat memenuhi kebutuhan pariwisata, juga berpotensi untuk diekspor dan dapat menggantikan produk impor yang selama ini banyak digunakan di sektor pariwisata, seperti wine, minuman beralkohol, dan keju.

Lebih lanjut, Prof Suryawan memaparkan bagaimana agroindustri juga bisa memberikan kontribusi positif dalam sektor wisata, dengan mengembangkan agrowisata dan wisata gastronomi. Ia memberi contoh agrowisata coklat, kopi luwak, dan buah jeruk yang dapat menarik wisatawan. 

Selain itu, pengembangan agroindustri juga memungkinkan wisatawan untuk menikmati proses produksi dan produk hasil pertanian yang diolah, yang kemudian dapat dinikmati di restoran yang ada di lokasi agroindustri tersebut.

Namun, dalam pengembangan agroindustri di Bali, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, antara lain infrastruktur yang belum memadai, kurangnya sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih, terbatasnya teknologi yang efisien dan murah, serta kurangnya dukungan finansial dari lembaga keuangan. 

Prof Suryawan menegaskan bahwa dukungan dari pemerintah sangat penting untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, baik dalam hal kebijakan, pendanaan, maupun penyediaan infrastruktur yang mendukung.

Sebagai penutup, Prof Suryawan menekankan pentingnya pembangunan regional Bali yang direncanakan secara holistik, terintegrasi, dan partisipatif. Ia juga mengingatkan bahwa pendekatan sistem dapat membantu untuk memahami keterkaitan antar komponen sistem dalam pembangunan regional, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistem tersebut. 

Kesuksesan pengembangan agroindustri, menurutnya, akan memberikan manfaat besar dalam mendorong berkembangnya sektor pertanian, memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian, dan menyediakan produk berkualitas untuk memenuhi kebutuhan sektor pariwisata.

"Untuk mewujudkan Bali yang jagadhita, diperlukan cara berpikir sistem yang dapat menyatukan visi para pengambil kebijakan dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Bali," tutupnya.

Rektor Universitas Udayana, didampingi jajaran Wakil Rektor, Ketua Senat, serta para Dekan, turut menghadiri dan memberikan penghargaan kepada para guru besar yang telah dikukuhkan.

Sebanyak 12 guru besar dari berbagai fakultas dikukuhkan dalam upacara tersebut, yang mencakup beragam disiplin ilmu, antara lain Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, dan Fakultas MIPA.*isu

Read Entire Article