ARTICLE AD BOX
Dalam persiapannya, mereka menggarap ogoh-ogoh dengan konsep inovatif, yakni menggunakan sistem bongkar pasang (knock down), sebagai solusi untuk mempermudah proses mobilisasi di lingkungan banjar yang kecil.
Ketua ST Dwi Tunggal, I Kadek Teja Wahyu Darma, mengungkapkan bahwa pengerjaan ogoh-ogoh telah dimulai sejak akhir November 2024. Hingga kini, progres pengerjaan sudah mencapai 35 persen.
“Kami memilih sistem bongkar pasang untuk dua dari empat karakter tokoh yang kami buat. Ini memudahkan kami saat mengeluarkan ogoh-ogoh dari banjar yang areanya terbatas,” ujar Teja saat diwawancarai pada Selasa (3/12/2024).
Fokus pada Kolaborasi dan Kreativitas
Ajang Kasanga Festival, yang menjadi puncak perayaan Hari Raya Nyepi di Denpasar, turut memotivasi para pemuda ST Dwi Tunggal untuk menciptakan karya terbaik mereka. Teja menyebutkan bahwa pergelaran tahun ini berbeda karena banyak nominasi yang diperebutkan, tidak hanya tiga seperti tahun sebelumnya.
“Adanya tarung bebas di Kasanga Festival menjadi ajang positif bagi kami. Ini bukan sekadar lomba, tetapi juga kesempatan untuk belajar bekerjasama sebagai satu tim demi menciptakan karya maksimal,” jelasnya.
Menurut Teja, total anggaran untuk pengerjaan ogoh-ogoh ini mencapai Rp 50 juta. Namun, hingga awal Desember lalu baru Rp 8 juta yang digunakan. Ia juga berharap partisipasi masyarakat dan para donatur untuk mendukung kelancaran proyek seni ini.
Selain sebagai tradisi seni, pengerjaan ogoh-ogoh juga mencerminkan harapan para pemuda banjar terhadap masa depan Bali, khususnya di tahun politik. “Kami berharap tahun 2025 menjadi awal yang baik bagi semua ST di Denpasar untuk terus semangat berkarya. Kami juga berharap adanya perubahan positif setelah Bali dan kabupaten/kota menentukan kepala daerah baru,” kata Teja.
Dengan konsep ogoh-ogoh bongkar pasang yang inovatif, ST Dwi Tunggal berharap dapat memberikan kontribusi seni yang bermakna bagi masyarakat Denpasar sekaligus menciptakan kebanggaan bersama di momen Kasanga Festival mendatang. *m03