ST Mascitta Bhuana Banjar Kayumas Kaja Siapkan Ogoh-Ogoh ‘Gopala Maya’

19 hours ago 3
ARTICLE AD BOX
Ketua arsitek ogoh-ogoh, I Gede Yowana Ariwangsa, memaparkan bahwa pengerjaan ogoh-ogoh dimulai sejak Desember 2024. Namun, sempat mengalami keterlambatan karena banjar juga menyelenggarakan lomba tari dan terhambat cuaca ekstrem.

"Sejauh ini, progres pengerjaan baru mencapai 20%. Kami optimis dapat memaksimalkan proses pembuatan pada Januari dan Februari, apalagi ada banyak aspek yang harus diperhatikan, terutama dalam menghadapi tarung bebas yang diadakan tahun ini," ungkap Yowana yang sehari-hari bekerja di sektor garmen di Kerobokan, Badung.

Konsep Unik dengan Karya Bongkar Pasang

Ogoh-ogoh ST Mascitta Bhuana tahun ini mengusung tema "Gopala Maya", terinspirasi dari kisah Dewa Siwa menjelma sebagai penggembala lembu putih di bumi untuk menguji Dewi Parwati. Karakter ogoh-ogoh ini dirancang dengan sistem bongkar pasang, tanpa menggunakan mesin, tetapi menonjolkan gerakan tubuh yang dinamis seperti agem tandang dan tangkis.

Proyek ini menghabiskan anggaran sekitar Rp30 juta. "Kami ingin menampilkan hasil maksimal meskipun tidak menggunakan mesin. Bahkan, dengan adanya tarung bebas, kami merasa semakin termotivasi untuk menunjukkan kreativitas," tegas alumni Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa tersebut.

Sepuluh tahun sejak kembalinya penggunaan bahan ramah lingkungan dalam pembuatan ogoh-ogoh, ST Mascitta Bhuana terus menjaga tradisi ini. Yowana mengungkapkan bahwa meski menggunakan bahan kertas dan barang bekas membuat ogoh-ogoh lebih berat, proses ini meningkatkan kreativitas mereka.

"Kami sadar bahan seperti gabus lebih ringan dan awet, tapi sulit untuk didaur ulang. Dengan bahan ramah lingkungan, meski lebih menantang, kami bangga berkontribusi dalam pelestarian budaya sekaligus lingkungan," ujarnya.

Yowana menyampaikan beberapa harapan agar lomba ogoh-ogoh kali ini berjalan lancar tanpa kontroversi. Dia berharap pemerintah tidak hanya fokus pada lomba, tetapi juga memastikan keamanan lingkungan selama musim ogoh-ogoh.

"Selain itu, kami ingin pawai ini menjadi ajang yang inspiratif untuk memperlihatkan kreativitas para undagi muda Bali. Semoga anggaran tidak lagi jadi alasan untuk membatasi inovasi, dan kami sangat mendukung penggunaan gamelan baleganjur tanpa sistem suara modern," harapnya.

Dengan semangat ini, ST Mascitta Bhuana optimis karya mereka dapat menginspirasi masyarakat dan menjadikan pawai ogoh-ogoh 2025 sebagai momentum bersejarah, khususnya dengan adanya format tarung bebas yang pertama kali diadakan. *m03

Read Entire Article