ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung menggelar konsultasi publik mengenai studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) penanganan keretakan tebing di Pura Luhur Uluwatu. Konsultasi publik berlangsung di kantor Perbekel Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selata pada Selasa (24/12) dengan dihadiri stakeholder terkait.
Beberapa pihak yang hadir di antaranya perwakilan dari Walhi, Parisada Hindu, PKK, Kelompok Nelayan, Yowana, Pengempon Pura Uluwatu dan Pura Beji, STT, Karang Taruna, hingga Board Riders Pecatu. Konsultasi ini bertujuan untuk menyusun dokumen lingkungan sesuai peraturan, mengingat pentingnya pelestarian Pura Luhur Uluwatu sebagai Pura Kahyangan Jagat.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Badung AA Rama Putra, menjelaskan penyusunan dokumen Amdal melibatkan koordinasi dengan beberapa pihak, seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung, pemerintah Provinsi Bali, serta unit tata ruang darat dan laut.
“Kegiatan ini adalah proyek desain dan bangun (design and build) yang perencanaannya selesai pada November tahun lalu. Penyusunan dokumen ini meliputi isu-isu utama seperti pencemaran air laut,” ujar Gung Rama dikonfirmasi Rabu (25/12) pagi.
Gung Rama mengatakan progres pekerjaan sejauh ini telah mencapai 70 persen. Ditargetkan proyek selesai pada pertengahan Januari 2025. Untuk mengejar target tersebut alat berat tambahan dikerahkan, termasuk pengiriman batu border, dan pemasangan tetrapod yang telah tiba di lokasi.
Jalan inspeksi menuju kawasan Pura Luhur Uluwatu, Selasa (24/12). –MAOLAN
Disinggung soal tantangan selama proyek penanganan keretakan tebing Pura Luhur Uluwatu, Gung Rama menurutkan jika tantangan utamanya adalah musim pasang air laut (rob). Namun, dengan penggunaan aplikasi Teders membantu memantau titik pasang dan antisipasi keselamatan pekerja. “Astungkara semua selamat, mungkin berkat dukungan daripada Jro Mangku yang ada di Pura Luhur Uluwatu yang setiap hari berdoa demi berjalannya kegiatan ini supaya lancar,” ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Bendesa Adat Pecatu Made Sumerta menyampaikan apresiasi terhadap masyarakat yang telah memahami pentingnya pelaksanaan proyek penanganan keretakan tebing di Pura Luhur Uluwatu. Dia menegaskan bahwa proyek ini bertujuan untuk melindungi area tebing dari kerusakan lebih lanjut.
“Masyarakat sudah memahami bahwa proyek ini dilakukan untuk memproteksi keretakan tebing. Semua perizinan, termasuk Amdal, telah diurus dengan baik. Bahkan Dinas LHK Badung telah memberikan pendampingan terkait hal ini,” ujar Sumerta.
Sumerta juga menekankan pentingnya perhatian terhadap dampak lingkungan dalam setiap tahap pelaksanaan proyek. “Harapan kami, proyek ini meminimalkan dampak kerusakan lingkungan dan mengembalikan kondisi sesuai dengan keputusan pemerintah. Komitmen untuk menjaga lingkungan harus menjadi prioritas utama,” tambahnya.
Terkait penggunaan jalan yang dibangun dalam proyek tersebut, Sumerta menegaskan bahwa jalan tersebut bukan untuk kepentingan publik. “Jalan ini diperuntukkan khusus untuk kegiatan inspeksi dan upacara keagamaan, sebagaimana telah disepakati bersama,” kata Sumerta yang juga anggota DPRD Badung ini. 7 ol3