ARTICLE AD BOX
Penyakit ini lebih umum terjadi pada orang dewasa berusia 50 tahun ke atas karena penurunan kekebalan terkait usia (Age-Related Decline in Immunity, ARDI). Selain itu, Bali juga menempati posisi keenam di Indonesia untuk jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 2022, meningkatkan risiko terjadinya Herpes Zoster di kalangan yang imunocompromised.
Kenali Penyakit Herpes Zoster dan Beban Penyakitnya
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster (VZV) yang telah dorman dalam sistem saraf setelah seseorang pulih dari cacar air. Lebih dari 90% orang dewasa di Indonesia berpotensi membawa virus ini, dengan risiko satu dari tiga individu mengalami Herpes Zoster dalam hidup mereka.
Penyakit ini ditandai dengan ruam melepuh yang sangat menyakitkan, biasanya di satu sisi tubuh atau wajah. Gejala awal termasuk nyeri, gatal, kesemutan, atau mati rasa sebelum ruam muncul. Ruam ini biasanya mengering dalam 10-15 hari dan hilang dalam 2-4 minggu.
Komplikasi yang paling umum adalah Neuralgia Pasca-Herpes (NPH), yaitu nyeri saraf jangka panjang yang bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, mempengaruhi 5-30% kasus Herpes Zoster. Nyeri ini sering digambarkan sebagai rasa sakit yang mendalam, terbakar, atau menusuk, bahkan lebih menyakitkan dari persalinan menurut beberapa pasien.
Selain NPH, Herpes Zoster bisa menyebabkan kehilangan penglihatan, infeksi bakteri pada ruam, pneumonia, gangguan pendengaran, peradangan otak, dan dalam kasus langka, kematian. Dampaknya pada kualitas hidup cukup signifikan, terutama pada lansia, yang sering kehilangan kemandirian dan membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
Langkah Penanganan dan Pencegahan
Untuk penderita Herpes Zoster, menjaga ruam tetap bersih dan kering sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi. Pasien disarankan menggunakan pakaian longgar dan kompres dingin untuk meredakan rasa sakit. Obat antivirus juga tersedia untuk mempersingkat durasi dan mengurangi keparahan penyakit, namun harus dimulai dalam waktu kurang dari 72 jam setelah ruam muncul.
Selain usia, kelompok berisiko tinggi termasuk orang dengan sistem imun yang lemah seperti penderita leukemia, limfoma, HIV/AIDS, atau mereka yang mengonsumsi obat imunosupresif. Data menunjukkan penderita HIV/AIDS di Bali berada pada risiko tiga kali lebih tinggi untuk mengalami Herpes Zoster.
Upaya Meningkatkan Kesadaran dan Pencegahan
Gaya hidup sehat, manajemen stres, dan vaksinasi adalah kunci pencegahan. Jadwal Imunisasi Dewasa yang diperbarui pada Juli 2024 oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) kini menyarankan vaksin Herpes Zoster untuk orang dewasa ≥50 tahun dan mereka dengan imunokompromais.
Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-Al, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, menegaskan pentingnya imunisasi untuk pencegahan penyakit infeksi menular. "Imunisasi tepat waktu adalah langkah cerdas untuk menjaga kesehatan masyarakat, terutama di kalangan yang berisiko," ujarnya.
Reswita Dery Gisriani dari GSK Indonesia menyatakan komitmen perusahaan dalam meningkatkan akses ke obat dan vaksin inovatif, termasuk kampanye edukasi seperti "Ayo Kita Vaksin" dan "Peduli Paru Ok" serta website edukasi www.kenalicacarapi.com untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan melalui vaksinasi.
Dengan memahami risiko dan pencegahan Herpes Zoster, masyarakat Bali dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi diri dan keluarga dari penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup ini.