ARTICLE AD BOX
Akademisi dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Dr Ni Wayan Widhiasthini saat diseminasi kajian strategi kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali pada Pilkada 2024, di Kantor KPU Bali, Jalan Cok Agung Tresna, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (14/3) menegaskan, paslon yang mampu mengemas kampanye dalam narasi emosional cenderung lebih berhasil menarik dukungan pemilih, terutama di kalangan masyarakat yang memiliki keterikatan kuat dengan identitas budaya dan nilai-nilai tradisional. “Ini terbukti dengan kemenangan yang diperoleh oleh salah satu kandidat yang memiliki investasi sosial terhadap masyarakat Bali dengan menyasar berbagai sektor untuk diberikan bantuan sosial,” ujar Widhiasthini.
Dalam kajian Undiknas terungkap tim pemenangan paslon menggunakan berbagai strategi dalam menyusun pesan dan informasi kampanye pada Pilgub Bali 2024 lalu. Strategi terutama dalam tiga aspek utama, yaitu Konsistensi dan Kesederhanaan Pesan, Narasi Berbasis Isu Lokal, dan Emotional Branding dalam Komunikasi Politik.
Tim kampanye melakukan mobilisasi pemilih melalui pendekatan komunitas (seperti pertemuan warga dan dialog publik), strategi door-to-door, dan kampanye berbasis isu yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Influencer menyebarkan pesan kampanye secara kreatif di media sosial, sementara tokoh masyarakat membangun kepercayaan dan loyalitas politik di tingkat komunitas. “Keberhasilan kampanye politik bergantung pada koordinasi tim pemenangan, profesionalisme kandidat sebagai komunikator utama, serta peran juru bicara, influencer, dan tokoh masyarakat dalam mengelola komunikasi politik,” kata Widhiasthini.
Di Bali, kata dia, faktor adat dan komunitas sangat berpengaruh, menjadikan pendekatan berbasis hubungan sosial kunci utama. Kandidat perlu memperkuat strategi sosial-budaya sambil mengoptimalkan aspek teknis seperti pengamanan suara. “Strategi kampanye yang sukses memadukan analisis peta politik, jaringan sosial kuat, dan pengorganisasian suara efektif,” jelas mantan komisioner KPU Bali, ini.
Widhiasthini memaparkan, media yang telah digunakan dalam kampanye masing-masing paslon meliputi Media Baru (Sosial dan Digital), Media Konvensional (Televisi dan Radio), dan Tatap Muka dan Kampanye Terbuka.
Adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan perubahan perilaku pemilih ini berdampak pada pemanfaatan media sosial sebagai alat komunikasi utama. Paslon berhasil membangun political brand yang kuat dan meningkatkan dukungan elektoral. Pendekatan ini mencerminkan pemahaman yang baik terhadap dinamika komunikasi politik modern dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan arus digital dalam kontestasi politik masa depan. Meski demikian Widhiasthini menilai kampanye kedua paslon belum maksimal untuk mendongkrak partisipasi pemilih untuk datang ke TPS. Pakar ilmu politik Undiknas mencermati tingkat partisipasi yang menurun pada Pilgub Bali 2024 yakni 71,92% berbanding 77,22% pada Pilkada 2018.
Widhiasthini menyebut mayoritas pemilih pada Pilkada 2024 berasal dari generasi Milenial dan Z (41%). Menurutnya penurunan partisipasi disebabkan oleh kurangnya keterlibatan Gen Z, ketidakcocokan antara aspirasi pemilih dengan calon yang ada, dan masalah teknis (misalnya, ketidakjelasan informasi TPS). “Perlu mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih, terutama Generasi Z, serta strategi kampanye yang lebih efektif dan relevan di Pilkada Bali 2024,” tegasnya. adi.