Jelang Nyepi, Perajin Ogoh-ogoh Panen

4 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
"Beberapa Ogoh-ogoh sudah diambil," jelas Bayu Bisma, di tempat kerjanya, Banjar Desa, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, Rabu (12/3). Tiap tahun, katanya, harga Ogoh-ogoh mengalami kenaikan karena bahan-bahan bakunya naik. Misalnya, untuk styrofoam, berbentuk balok ukuran 2 meter x 1 meter harganya Rp 900.000, tahun lalu harganya Rp 700.000. Satu batang balok styrofoam bisa digunakan untuk membuat 5 Ogoh-ogoh. Bahkan lainnya, cat, besi, kayu, lem dan yang lainnya.

Misalnya, Ogoh-ogoh dengan tinggi sekitar 8 meter, seharga Rp 15 juta. Sebab, besi yang dihabiskan saja mencapai Rp 3 juta, belum lagi biaya lainnya dan ongkos kerja. Perajin ini mempekerjakan 20 tenaga kerja, menerima pesanan sejak pertengahan Februari 2025, menyebabkan gudang tempat kerjanya, penuh dengan Ogoh-ogoh. Beberapa Ogoh-ogoh ada yang sudah jadi, ada yang masih setengah jadi. 


Sebanyak 20 tenaga kerja miliknya merupakan tenaga kerja tetap. Sebab, jika tidak ada pesanan Ogoh-ogoh sehari-hari menerima pesanan bade. Disinggung kenapa tidak melayani pesanan Ogoh-ogoh berbahan alami, agar ramah lingkungan, bukan berbahan styrofoam? "Saya sudah tawarkan, tidak ada yang mau karena harganya mahal, di samping itu mengerjakannya cukup lama," katanya.

Perajin bade Ida Ketut Santosa, dari Banjar Desa, Desa/Kecamatan Bebandem, tidak lagi menerima pesanan Ogoh-ogoh. "Saya tidak lagi punya tenaga kerja, saya hanya menerima pesanan tapel saja," katanya.

Secara terpisah, Ogoh-ogoh menurut Ketua PHDI Karangasem Dr I Gusti Ngurah Ananjaya, tidak ada hubungannya dengan upacara Pangrupukan. Itu merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali, yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. 

"Ogoh-ogoh bukan sarana upakara, PHDI Karangasem tidak pernah menginstruksikan, setiap menggelar upacara pangerupukan wajib ada Ogoh-ogoh," ujar cendikiawan Hindu dari Banjar/Desa Adat Santhi, Kecamatan Selat, yang juga penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Karangasem.

Hanya katanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, yang melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan semesta dan waktu. Kekuatan itu meliputi Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (diri sendiri), yang dapat mengantarkan seluruh makhluk di dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Usai upacara pangerupukan Ogoh-ogoh diarak keliling desa, selanjutnya dipralina, dengan cara dibakar.7k16
Read Entire Article