ARTICLE AD BOX
Peristiwa bencana alam itu terjadi pada Kamis (30/1) malam. Saat ini nelayan yang terdampak, memasang tanggul darurat berupa karung berisi pasir di rumah mereka.
Perbekel Kubutambahan Gede Pariadnyana dihubungi, Sabtu (1/2), mengatakan peristiwa gelombang pasang itu datang saat hujan deras dan angin kencang berhembus pada Kamis malam dari pukul 20.00–23.20 Wita. Air laut saat itu naik sekitar 3-4 meter dan mulai masuk ke pemukiman warga.
“Mereka memang tinggal di sana, tetapi kerusakan tidak sampai ke bangunan inti rumah, yang rusak itu seperti dapur, kamar mandi, tembok panyengker. Memang kalau gelombang pasang selalu datang setiap tahun, biasanya bulan Januari–Februari,” kata Pariadnyana.
Saat kejadian nelayan berupaya menyelamatkan sejumlah harta benda termasuk jukung-jukung juga dimasukkan ke halaman pekarangan yang berjarak sekitar 30 meter dari permukaan air laut. Pariadnyana mengatakan nelayan di desanya sudah lama tidak melaut karena cuaca ekstrem. Meski mengalami kerusakan dan kerugian material, dampak gelombang pasang tahun ini, menurut Pariadnyana, masih lebih kecil dibandingkan tahun 2020 lalu.
“Yang berdampak kerugian material lebih besar saat awal Covid-19 itu tahun 2020 lebih besar dari kemarin. Nelayan kami di Banjar Dinas Kuta Banding juga kena. Ya mudah-mudahan tidak ada susulan lagi tahun ini,” ucapnya.
Kejadian tersebut langsung dilaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng. Rata-rata nelayan mengalami kerugian Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000 per KK. Untuk sementara nelayan berupaya membuat tanggul darurat dengan memasang karung pasir di depan tempat tinggal mereka. Upaya ini untuk mengantisipasi jika ada gelombang pasang susulan yang datang tidak bisa diprediksi.
Pariadnyana mengimbau kepada warga nelayan untuk tetap waspada. Di musim gelombang pasang ini, dia menyarankan keluarga nelayan tinggal di rumah kerabat lain yang posisinya jauh dari bibir pantai.
“Saya sudah imbau terus, meskipun nelayan sudah hapal ciri-ciri akan datang gelombang pasang dan mereka masih tinggal di rumah itu. Kami sudah minta hanya bapak-bapaknya saja yang menjaga jukung, istri dan anak-anak kami arahkan untuk menginap sementara di rumah keluarga yang aman,” imbuh Pariadnyana.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi dikonfirmasi terpisah mengatakan sudah mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan asesmen. Nelayan Kubutambahan terdampak gelombang pasang juga diberikan bantuan paket sembako dan selimut untuk penanganan sementara. Sedangkan untuk bantuan perbaikan akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan tim teknis instansi terkait.
Ariadi menyebut masih melakukan pendataan dampak gelombang pasang di Kabupaten Buleleng. Sementara kerusakan yang terjadi dan baru dilaporkan di Desa Kubutambahan. “Januari–Februari ini sesuai dengan prediksi BMKG, sudah masuk puncak musim hujan. Jadi potensi bencana cukup tinggi seperti tanah longsor, pohon tumbang, gelombang pasang sampai dengan banjir. Kami mengimbau masyarakat tetap waspada, termasuk nelayan juga agar tidak mengambil risiko melaut di musim seperti ini,” kata Ariadi. 7 k23