ARTICLE AD BOX
Kabar baiknya, Leverkusen di bawah asuhan Xabi Alonso sudah terbiasa melakukan hal-hal di luar dugaan. Musim lalu, mereka sukses meraih gelar Bundesliga pertama tanpa sekalipun mengalami kekalahan di liga. Leverkusen juga pernah menang 3-0 atas Bayern di BayArena dalam perjalanan mereka menuju gelar tersebut. Hasil serupa dibutuhkan pada leg kedua, Selasa (12/3), jika ingin membalikkan keadaan setelah dua gol Harry Kane dan satu gol Jamal Musiala memastikan kemenangan Bayern di leg pertama.
Malam yang Buruk bagi Leverkusen
Segala hal berjalan salah bagi Leverkusen di Muenchen. Bayern mencetak gol cepat saat Harry Kane membuka keunggulan di menit kesembilan. Gol kedua datang ketika kiper Leverkusen, Matej Kovar, melakukan kesalahan fatal dengan menjatuhkan bola di kotak enam yard, yang kemudian dimanfaatkan Musiala untuk menggandakan keunggulan.
Situasi semakin memburuk bagi Leverkusen setelah bek kanan Nordi Mukiele mendapat kartu merah akibat dua pelanggaran di menit ke-62. Dua belas menit kemudian, VAR memberikan penalti kepada Bayern setelah insiden perebutan bola antara Kane dan Edmond Tapsoba. Kane yang menjadi eksekutor sukses membawa Bayern unggul 3-0.
Leverkusen sedikit beruntung karena Joshua Kimmich dan João Palhinha gagal memanfaatkan peluang emas untuk menjadikan skor 4-0 di masa injury time. Jika tidak, peluang Leverkusen untuk bangkit di leg kedua akan semakin kecil.
Misi Mustahil?
Dalam sejarah Liga Champions, hanya Barcelona yang pernah membalikkan defisit empat gol di babak 16 besar. Pada musim 2016/17, tim asuhan Luis Enrique melakukan 'La Remontada' dengan mengalahkan Paris Saint-Germain 6-1 di Camp Nou setelah kalah 0-4 pada leg pertama di Paris. Namun, Barcelona kala itu diperkuat trio Lionel Messi, Neymar, dan Luis Suárez.
Meski skuad Leverkusen saat ini tak sekuat Barcelona kala itu, beberapa tim lain pernah membalikkan defisit tiga gol di leg pertama, seperti Liverpool (vs Barcelona 2018/19), Barcelona (vs Roma 2017/18), dan Deportivo La Coruña (vs AC Milan 2003/04).
Alonso sendiri bukan orang asing dalam keajaiban semacam ini. Ia merupakan bagian dari skuad Liverpool yang bangkit dari ketertinggalan 0-3 di final Liga Champions 2005 melawan AC Milan sebelum akhirnya menang lewat adu penalti dalam laga yang dikenang sebagai 'Keajaiban Istanbul.'
"Kami harus berjuang. Kami akan belajar dari ini dan percaya pada leg kedua. Kami tidak menyerah begitu saja. Tiga gol? Anda tidak pernah tahu. Satu gol bisa mengubah segalanya," ujar Alonso.
Meski begitu, Bayern tetap tim yang sangat kuat. Leverkusen pernah merasakan kekalahan serupa di final Liga Europa musim lalu saat tumbang 0-3 dari Atalanta. Kekalahan itu lebih disebabkan oleh kecemerlangan Ademola Lookman yang mencetak hattrick, sedangkan kali ini Leverkusen benar-benar tak berdaya melawan Bayern.
Namun, jangan remehkan Leverkusen. Jika mereka mampu mencetak gol lebih dulu di leg kedua, situasi bisa berubah drastis.
Bayern Terancam Tanpa Manuel Neuer
Bayern Muenchen menghadapi potensi kehilangan kiper utama mereka, Manuel Neuer, pada leg kedua setelah mengalami cedera saat merayakan gol Musiala di leg pertama. Kiper berusia 38 tahun itu harus ditarik keluar pada menit ke-58 dan digantikan Jonas Urbig, yang menjalani debutnya untuk Bayern.
Pelatih Bayern, Vincent Kompany, belum memastikan kondisi Neuer dan menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut.
"Saya belum punya informasi terbaru, tapi benar bahwa dia mengalami cedera saat merayakan gol. Sepertinya di bagian betis, tapi kami harus menunggu hasil pemeriksaan," kata Kompany.
Jika Neuer absen, Bayern harus mengandalkan Jonas Urbig di bawah mistar saat bertandang ke BayArena. Meski unggul besar, Kompany menegaskan timnya belum bisa santai.
"Kami bermain bagus di babak pertama, bukan hanya dalam pertandingan ini, tapi dalam keseluruhan duel dua leg. Di leg kedua, kami harus tampil dengan cara yang sama," tutupnya.