ARTICLE AD BOX
SEMARAPURA, NusaBali - Warga keturunan Arya Madura di Pura Kawitan Dadia Arya Dalem Madura, Dusun Selat, Desa/Kecamatan Banjarangkan, Klungkung menggelar tradisi ‘Ngaro’ pada Purnama Kapat, Kamis (17/10) malam lalu. Tradisi Ngaro ini adalah tradisi kuno yang diyakini berasal dari Madura, Jawa Timur yang dilaksanakan oleh warga keturunan Raja Madura salah satunya yang ada di wilayah Banjarangkan, Klungkung.
Diceritakan pada zaman dahulu ada seorang raja dari Tanah Madura yang bernama Arya Kuda Pinolih melaksanakan upacara penebusan dosa untuk leluhurnya. Upacara ini dilangsungkan di tanah Madura menggunakan sesajen berupa nasi tumpeng besar menggunakan daging itik/ayam. Dalam upacara tersebut Arya Kuda Pinolih mengundang raja-raja yang ada di wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit seperti Raja China, Raja Palembang, Raja Banten, Raja Pasuruan, Raja Bali dan Raja Makassar.
Raja Bali pada waktu itu adalah Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan hadir menjadi saksi dalam upacara tersebut. Setelah selesai melakukan upacara tersebut, Raja Bali meminta agar Raja Arya Kuda Pinolih mengantarnya bersama-sama pulang ke Bali dengan menaiki perahu. Perjalanan Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan dengan Arya Kuda Pinolih beserta rombongan mengarungi perairan laut Bali Selatan (sekitar Pantai Canggu, Kerobokan). Dalam perjalanan tiba-tiba keris Dalem Bali terpental jatuh ke dalam lautan dan Arya Kuda Pinolih dengan cekatan menceburkan diri ke dalam lautan untuk mencari keris yang terjatuh tersebut. Arya Kuda Pinolih merasa sedih ketika keris tersebut tidak ditemukan di kedalaman lautan hingga dia berucap, jika keris itu ditemukan di tempat tersebut akan didirikan pura.
Berselang beberapa saat setelah janji itu diucapkan, datang seekor ikan kucul/cucul sejenis ikan (barakuda) menghampiri Arya Kuda Pinolih. Ikan tersebut mengantarnya ke tempat keris itu berada, di lautan sekitar Pantai Karang Intaran, Sanur. Perjalanan Dalem Bali dengan Arya Kuda Pinolih inilah menjadi awal terlaksananya upacara Ngaro.
Kelian Pura Kawitan Dalem Madura Banjarangkan, Made Nata mengatakan selain warga keturunan Arya Madura di Intaran, Sanur, Denpasar, warga Arya Madura Banjarangkan juga melaksanakan tradisi Ngaro. Prosesi pembuatan banten/persembahannya dimulai dari pukul 6 sore hingga tengah malam. Warga keturunan Arya Madura Banjarangkan yang berjumlah 30 Kepala Keluarga (KK) melaksanakan upacara Ngaro dengan menedunkan semua tapakan/pratima yang ada di pura berjalan kaki menuju pantai. Prosesi persembahan sesajen/banten ini dilaksanakan di Pantai Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan tepat pukul 00.00 Wita dipuput Jero Mangku setempat.
“Saat melaksanakan upacara tidak menggunakan gamelan maupun sinar lampu sebagai penerang. Setelah upacara selesai, persembahan berupa tumpeng dan pesembahan lainnya akan dibagikan kepada warga Arya Madura atau pamedek umum yang hadir,” ujar Made Nata.
Lebih lanjut, Upacara/Tradisi Ngaro ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kerahayuan warga Arya Madura maupun masyarakat lainnya dan mengucap rasa terima kasih kepada leluhur seperti dalam sejarah adanya warga Arya Madura di Bali. Saat upacara tersebut berlangsung sejumlah warga juga kerauhan. 7 wan