ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Dua perupa Bali memberikan sumbangsih pada perayaan ke-75 hubungan diplomatik antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Yunani. Patung dengan tinggi 2,4 meter dan diameter 80 centimeter bertajuk Rama Shinta berdiri tegak pada pameran seni, serangkaian perayaan ke-75 hubungan diplomatik Indonesia-Yunani di Gedung Michael Cacoyannis Foundation, Athena, Yunani, 1 - 3 Oktober 2024.
Patung berbahan kayu pohon zaitun, pohon nasional Yunani, itu dikerjakan sejak awal Agustus 2024 oleh perupa I Made Suparta,60, dan I Made Sumantra, 46. Dua perupa senior yang juga mengajar di ISI Denpasar ini terbang ke Yunani mengerjakan patung tradisional Bali itu selama hampir dua bulan.
Made Suparta mengungkapkan, tawaran membuat patung di Yunani datang dari pihak kampus ISI Denpasar. Kementerian Luar Negeri sebelumnya melakukan komunikasi dengan pihak Pemerintah Provinsi Bali. “Tentunya itu sebuah kebanggaan diberikan kepercayaan dan tugas yang harus dilaksanakan,” ujar pematung Sanggar Giri Kusuma kepada NusaBali, Sabtu (19/10).
Suparta mengatakan patung Rama Shinta pada awalnya dikerjakan di Athens School of Fine Arts (ASFA), institusi pendidikan seni tertua di Yunani yang telah berdiri sejak 1836. Selama pengerjaan patung, pihak ASFA menyediakan tempat dan alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan patung monumental tersebut. ASFA juga mengundang mahasiswa untuk menyaksikan proses pembuatan patung yang memakan waktu sekitar dua bulan ini. Selanjutnya, memasuki tahap penyelesaian, pengerjaan patung dilanjutkan di Wisma Nusantara Kedubes RI di Athena.
Patung Rama Shinta tidak hanya menampilkan dua sejoli dalam salah satu epos besar. Di belakang keduanya yang tengah berpelukan ada juga sosok Hanoman yang memiliki peran penting menyelamatkan Dewi Sinta dari penculikan Rahwana.
Suparta mengatakan, patung Rama Shinta dipilih karena menjadi simbol cinta kasih. Sketsa awal telah dibuat di Bali sebelumnya sesuai tema perayaan ke-75 hubungan diplomatik Indonesia-Yunani. Namun kemudian mengalami banyak perubahan setelah melihat langsung bentuk dan tekstur kayu zaitun yang akan digunakan sebagai media patung.
Perupa asal Payangan, Gianyar, ini mengaku baru pertama kali mengerjakan patung di atas kayu zaitun. “Tantangannya di struktur kayu dan waktu pengerjaan yang terbatas,” ujar Suparta.
Kedatangan Suparta bersama Sumantra di Yunani juga membuka peluang di antara institusi seni di kedua negara. Suparta mengatakan, ASFA sangat terkesan dengan karya patung yang berhasil dipahat di atas media kayu zaitun. Para seniman di Yunani melihat peluang kayu zaitun yang melimpah di Yunani sebagai salah satu kayu yabg dapat digunakan sebagai bahan patung. Kerja sama antara kedua pihak pun akan difasilitasi Kedubes RI di Athena. “Kami sudah berkomunikasi rencananya pertemuan Pak Rektor (ISI Denpasar) akan bertemu Pak Dubes bulan depan,” ungkap Suparta.
Sementara itu, Made Sumantra mengatakan, kisah Rama Sinta sangat pas untuk menggambarkan hubungan baik yang terjalin selama ini antara Indonesia dan Yunani. Sosok Rama, Sinta, dan Hanoman yang dipahat di atas kayu pohon zaitun menjadi simbol kepemimpinan, loyalitas, kedamaian, kesetiakawanan. “Ceritanya kan sudah kita kenal, di mana pengabdian Hanoman kepada Rama,” ujarnya.
Patung Rama Shinta itu juga diharapkan akan lebih memromosikan budaya Bali di Yunani. Menurut perupa asal Desa Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Gianyar, ini belum banyak orang Yunani mengenal dan berkunjung ke Bali.
Dalam penggarapan patung, Sumantra lebih banyak mengerjakan bentuk dasar patung. Suparta kemudian melanjutkan dalam detail ukiran. Sama seperti Suparta, bagi Sumantra mengukir di atas kayu zaitun merupakan pengalaman baru dan cukup menantang. “Karakternya keras tapi mudah patah, kalau bahasa Balinya barih,” jelas pematung yang penah mengikuti pameran internasional 'Cittarupa Raksata’.
Dari kunjungannya ke Yunani, Sumantra juga dapat melihat dari dekat perbedaan budaya seni rupa khususnya seni patung di Bali dengan Yunani. Yunani dikenal luas dengan patung-patung berbahan marmer yang bercorak naturalis menyatakan dengan jelas bentuk wajah dan tubuh manusia. “Kalau patung Bali itu dekoratif, sangat jelas perbedaannya,” jelas alumnus ISI Yogyakarta ini.
Patung Rama Shinta rencananya akan ditempatkan di salah satu ruang publik Gedung Parlemen Yunani. Patung Rama Shinta diharapkan jadi warisan yang akan semakin mempererat hubungan di antara Indonesia dan Yunani.
Duta Besar Indonesia untuk Yunani Bebeb AK Nugraha Djunjunan menekankan pentingnya kolaborasi ini sebagai medium untuk mengekspresikan budaya kontemporer Indonesia yang kaya, beragam, dan terus berkembang.
"Kolaborasi ini juga mencerminkan persahabatan mendalam yang telah tumbuh selama 75 tahun antara Indonesia dan Yunani. Kami berharap kolaborasi ini akan menginspirasi hubungan budaya yang langgeng dan memperkuat pemahaman yang lebih mendalam antara masyarakat kedua negara," katanya.
Bebeb mengatakan peluncuran karya seni kolaboratif tersebut merupakan hadiah istimewa dari masyarakat Indonesia kepada masyarakat Yunani sebagai lambang persahabatan abadi antara Indonesia dan Yunani.7ad