ARTICLE AD BOX
PKM yang didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) ini berusaha mengoptimalkan operasional kelompok nelayan melalui penerapan sistem digital berbasis web.
Ketua KUB Segara Guna Batu Lumbang, Wayan Kona Antara, menyampaikan bahwa kelompok yang dibentuk pada tahun 2005 ini mengelola wisata susur mangrove dengan menyewakan kano dan kapal boat. Namun, tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah keterbatasan operasional akibat pasang surut air laut.
"Saat air surut, kapal besar tidak bisa beroperasi. Hanya kano yang bisa tetap digunakan. Hal ini memengaruhi pelayanan kepada wisatawan," ungkapnya tentang kelompok dengan 47 orang anggota dari Desa Pemogan, Denpasar Selatan tersebut.
Melihat problematika tersebut, tim PKM DIKTI 2024 dari Universitas Dhyana Pura hadir memberikan solusi. Ketua tim, Iefan Datya Aulia, S.T., M.T., menjelaskan bahwa fokus utama dari program ini adalah digitalisasi sistem penyewaan kano dan kapal boat untuk meningkatkan efisiensi operasional kelompok nelayan. "Kami mendesain sistem informasi yang memungkinkan wisatawan untuk melakukan pemesanan kano secara daring (online), sekaligus menambahkan informasi mengenai pasang surut air laut. Dengan begitu, wisatawan bisa mengetahui waktu terbaik untuk berkunjung," jelas Iefan.
Sistem ini diharapkan tidak hanya mempermudah wisatawan, tetapi juga meningkatkan pendapatan kelompok nelayan. I Putu Susila Handika, S.Kom., M.T., anggota tim PKM DIKTI, menambahkan bahwa digitalisasi ini mengubah cara transaksi yang selama ini dilakukan secara konvensional menjadi lebih modern dan efisien. "Kami mengadopsi metode transaksi yang sudah berjalan ke dalam bentuk digital berbasis web. Ini adalah langkah maju untuk pengembangan ekowisata di Denpasar," ucapnya.
Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari pihak pemerintah dan akademisi. Dr. Rachmadi Prasetijo, S.T., M.T., salah satu anggota tim, menyebut bahwa program ini didanai melalui Program Hibah Pengabdian Masyarakat Kemendikbud-Ristek dengan skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM) yang difasilitasi oleh LPPM Universitas Dhyana Pura. "Digitalisasi ekowisata ini menjadi contoh konkret bagaimana teknologi dapat membantu pengembangan ekonomi masyarakat lokal," katanya.
Wayan Kona Antara pun berharap program digitalisasi ini bisa memberikan dampak positif terhadap ekowisata yang mereka kelola. "Dengan adanya sistem baru ini, kami yakin wisata susur mangrove di Segara Guna Batu Lumbang bisa lebih dikenal luas dan menarik lebih banyak wisatawan," pungkasnya.
Melalui digitalisasi , ekowisata mangrove Segara Guna Batu Lumbang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga kemudahan akses, mengantarkan kawasan ini ke arah pengelolaan yang lebih modern dan berkelanjutan.