Warning: session_start(): open(/home/indonesiainfocus/public_html/src/var/sessions/sess_b1723840837ee3e13ae702af010433b6, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/indonesiainfocus/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/indonesiainfocus/public_html/src/var/sessions) in /home/indonesiainfocus/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Jenazah Nurhayati Tiba di Rumah Duka di Buleleng - indonesiainfocus

Jenazah Nurhayati Tiba di Rumah Duka di Buleleng

13 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
Kedatangan jenazah Nurhayati yang diduga menjadi korban pembunuhan ini pun diselimuti suasana sedih para keluarga.

Dari pantauan NusaBali, jenazah Nurhayati tiba di rumah duka sekitar pukul 16.45 Wita. Jenazah tersebut sebelumnya diterbangkan dari Malaysia pukul 09.00 waktu setempat dan tiba di terminal kargo Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali pukul 14.30 Wita. Selanjutnya, jenazah diantar ke rumah duka menggunakan ambulans.

Jenazah Nurhayati dijemput sang suami, Komang Suinten,38, yang didampingi Kelian Banjar Dinas atau Kepala Dusun Gitgit Made Widianingsih. Suinten ikut mengiringi mendiang istrinya di dalam ambulans selama perjalanan dari Bandara Ngurah Rai hingga ke Desa Gitgit, Buleleng. Begitu tiba, jenazah langsung disemayamkan di rumah duka.

Suinten menceritakan, ia bertemu dengan mendiang Nurhayati di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan menikah pada tahun 2013 silam. Nurhayati memiliki lima anak dari suami pertama, dan tiga anak dari pernikahannya dengan Suinten. Pada 3 Juli 2023 lalu, Nurhayati memutuskan merantau ke Malaysia melalui sebuah agen penyalur tenaga kerja di Tulungagung, Jawa Timur. 

Komang Suinten, suami Ni Ketut Nurhayati memeluk peti jenazah mendiang istrinya di dalam ambulans selama perjalanan ke Desa Gitgit. –IST 

Nurhayati bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) demi membantu sang suami menafkahi anak-anaknya. Sementara sang suami, bekerja serabutan di Desa Gitgit. Suinten menyebut sang istri baru kali pertama bekerja di Malaysia. Singkat cerita, pada awal tahun 2024 lalu ia mendapat kabar bahwa Nurhayati kabur dari majikan tempatnya bekerja. Sayangnya, setelah itu Suinten mendadak tidak bisa menghubungi sang istri. Ia beberapa kali berusaha menghubungi namun gagal. “Awal tahun 2024 lalu komunikasi kami terputus. Karena mungkin pemikirannya bagaimana atau ada hal apa saya kurang mengerti karena kami berjauhan. Katanya dia sudah pergi dari majikan sebelumnya,” tutur Suinten ditemui kemarin.

Pada Sabtu (4/1) lalu, Suinten mendapat kabar bahwa istrinya, Nurhayati meninggal dunia. Kabar itu ia terima dari anaknya yang diberitahu salah satu teman Nurhayati. Namun kabar tersebut tidak dibarengi dengan detail yang jelas. Sehingga ia tidak bisa memastikan apakah Nurhayati benar menjadi korban pembunuhan atau tidak. Suinten pun mengaku hanya bisa pasrah dan berdoa.

Suinten menyampaikan jika sudah mengikhlaskan kepergian istrinya dan berharap bisa menyelesaikan kewajiban terakhir sebagai suami kepada istrinya. Pihak keluarga masih mencari hari baik untuk mengupacarai Nurhayati. “Kalau pun nanti ada kelanjutan tindakan hukum itu dari pemerintah, silakan. Tapi dari keluarga, kami tidak ada menuntut apa-apa. Yang jelas kami ingin jenazah kembali dan kami upacarai seperti kepercayaan kita di desa,” katanya. Di tempat yang sama, Kelian Banjar Dinas Gitgit, Made Widianingsih, menyampaikan pihak keluarga Nurhayati memang tidak menuntut pemerintah mengusut kematian Nurhayati. 

Ni Ketut Nurhayati, semasa hidupnya. –IST 

Namun dia berharap pemerintah berinisiatif mengawal kasus ini di Malaysia sehingga pelaku bisa dihukum maksimal. “Keluarga merasa kehilangan dan ini menjadi pukulan berat bagi keluarga yang notabene punya banyak anak kan. Dengan niat awal ke sana untuk mencari nafkah tapi kemudian kejadiannya seperti ini. Harapannya agar pelaku dihukum setimpal. Tapi sekali lagi kami serahkan kepada yang berwajib di sana,” ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Provinsi Bali, Anak Agung Gde Indra Hardiawan mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan perwakilan di Malaysia terkait meninggalnya pekerja migran Indonesia ini. “Perkembangannya kami koordinasikan dengan perwakilan di Kuala Lumpur, Malaysia,” kata Indra usai mengantar penyerahan jenazah Nurhayati ke rumah duka.

Ia enggan berkomentar lebih jauh saat ditanya terkait kebenaran informasi jika Nurhayati menjadi korban pembunuhan di sebuah kamar hotel oleh warga asing berkebangsaan Bangladesh. “Merujuk keterangan media, hal tersebut telah ada indikasi. Tetapi hal itu masih dilakukan penyelidikan oleh kepolisian setempat,” imbuh dia.

Kata dia, BP3MI kini tengah menelusuri apakah korban bekerja secara resmi atau ilegal ke Malaysia. Dari informasi sementara yang ia terima, korban bekerja ke Malaysia melalui sebuah agen penyalur tenaga kerja di Jawa Timur. “Dari keterangan suaminya, almarhum bekerja melalui sebuah perusahaan di Jawa Timur. Kami masih tracing (telusuri) dan data (apakah perusahaan itu resmi),” katanya.

Ia menegaskan, bahwa pada prinsipnya negara tetap harus hadir melindungi pekerja migran. Meskipun pekerja migran tersebut bekerja ke luar negeri melalui jalur yang resmi maupun non prosedural. Ia juga berharap semua warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri tercatat dan dokumen kerjanya lengkap. “Pada prinsipnya, baik ilegal, tidak tercatat, maupun tercatat, pemerintah tetap hadir memfasilitasi warga negaranya. Pastinya jika bekerja secara resmi ada proteksi. Setiap warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri wajib memiliki jaminan sosial. Hal ini penting dapat dimanfaatkan oleh setiap warga jika bekerja ke luar negeri,” tandas dia. 7 mzk
Read Entire Article