ARTICLE AD BOX
Langkah ini tak hanya meningkatkan kepuasan wisatawan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat lokal. Saat ditanya terkait rencana standarisasi sertifikasi tourism, untuk mengembalikan marwah Bali yang dikenal sebagai destinasi wisata berkualitas, mengingat stigma Bali dikenal murah, Winastra menekankan bahwa pariwisata berkualitas bukan berarti harus mahal.
“Pariwisata berkualitas bukan berarti mahal. Yang terpenting, wisatawan dapat menyatu dengan budaya lokal dan memberikan manfaat bagi masyarakat Bali. Dengan standarisasi dan sertifikasi, destinasi wisata bisa terkurasi dengan baik, sehingga misalnya seperti Jatiluwih tingkatnya sudah bintang lima, maka untuk datang ke wisata itu mereka bayar mahal mereka tidak akan merasa kecewa,” ujar Winastra saat ditemui belum lama ini di Destinasi Desa Wisata Jatiluwih, Penebel, Tabanan.
Dia juga menekankan keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan. Selain itu, Winastra mengingatkan pentingnya peningkatan infrastruktur sebagai bagian dari strategi menghadirkan pengalaman wisata yang nyaman dan berkualitas.
Kebijakan pemerintah terkait penurunan harga tiket pesawat sebesar 10 persen juga dinilai akan memberikan dampak positif, meski dinilai tidak terlalu signifikan. “Dari sisi harga tiket itu cuma berkurang sangat sedikit, namun demikian kami tetap optimis, Bali ini akan tetap dikunjungi terlebih dengan aksesibilitas utamanya dari Jawa ke Bali dengan adanya jalan tol dan sebagainya. Kami meyakini kunjungan wisatawan domestik pasti meningkat di akhir tahun ini,” terangnya.
Dia optimis dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa, menyusul bertambahnya maskapai asing yang melayani penerbangan langsung ke Bali. “Banyak maskapai asing yang sudah mulai datang ke Bali. Dengan penambahan ini, kami sangat optimis, tidak hanya tahun ini tetapi juga tahun depan, wisatawan mancanegara, khususnya dari Eropa, akan terus bertambah,” ungkapnya.
Foto: Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto. -ADI PUTRA
Dengan fokus pada standarisasi destinasi, dukungan terhadap transportasi lokal, dan peningkatan aksesibilitas, Bali siap menyambut kunjungan wisatawan di akhir tahun ini. “Kami percaya, pariwisata Bali akan terus menjadi andalan yang membawa manfaat besar bagi masyarakat lokal,” tandas Winastra.
Disisi lain, menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), Bali kembali dihadapkan dengan tantangan klasik, yakni kemacetan yang sering terjadi di titik-titik destinasi favorit. Masalah ini sering dikaitkan dengan isu over tourism yang belakangan menjadi perhatian publik.
Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, menegaskan bahwa Bali tidak mengalami over tourism seperti yang ramai dikabarkan. “Mohon maaf, Bali secara keseluruhan bukan over tourism, tapi ini masalah pemerataan kunjungan yang sekarang masih berfokus di Bali selatan,” ujar Hariyanto yang baru-baru ini berkunjung ke Jatiluwih, Tabanan.
Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Kementerian Pariwisata bersama Pemerintah Daerah mendorong pengembangan destinasi wisata di Bali utara dan Bali barat sebagai alternatif kunjungan wisatawan. Langkah ini diwujudkan melalui soft launching paket travel pattern wisata 3B (Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara) pada 25 September 2024.
Hariyanto juga menjelaskan pengembangan jalur transportasi laut, seperti Pelabuhan Gilimanuk di Jembrana dan Pelabuhan Celukan Bawang di Buleleng, menjadi fokus dalam mendorong konektivitas menuju destinasi baru tersebut. “Kami menyebutnya bukan over tourism, tapi over concentration. Bali masih memiliki banyak destinasi menarik di luar Bali selatan,” tambahnya.
Seiring dengan langkah tersebut, wacana pembatasan kendaraan luar Bali selama libur Nataru juga mencuat. Ketua DPD ASITA Bali Putu Winastra, mendukung kebijakan ini sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan dan meyakini langkah ini dapat mendorong wisatawan untuk menggunakan transportasi lokal, yang pada gilirannya memperkuat ekonomi masyarakat Bali.
“Kami mendukung pembatasan kendaraan luar Bali. Wisatawan yang datang tanpa membawa kendaraan pribadi dapat menggunakan jasa transportasi lokal, seperti Pawiba, Organda, atau teman-teman asosiasi transport. Hal ini akan menjaga pergerakan ekonomi Bali tetap berjalan dengan baik,” paparnya.
Dengan pemerataan destinasi wisata, dukungan terhadap transportasi lokal, serta pengembangan infrastruktur, Bali siap menghadapi tantangan libur Nataru. Semua pihak berharap upaya ini dapat mengatasi masalah kemacetan dan menjadikan pariwisata Bali semakin berkelanjutan, sekaligus mengatasi tantangan over concentration secara bertahap.7cr79